Berita Pilihan
WARTA PENYULUH \"PENGENDALIAN PENYAKIT BLAS PADA TANAMAN PADI \"
Kamis, 30 Des 2021, 14:41:37 WIB - 50 |
BPP LINGGO SARI BAGANTI. Penyakit blas adalah penyakit bercak daun pada tanaman padi yang disebabkan oleh cendawan Pyricularia grisea dikenal juga dengan nama Pyricularia oryzae. Selain daun penyakit ini juga menyerang pelepah, batang dan bulir padi. Pada awalnya penyakit blas banyak menyerang tanaman padi darat (gogo), namun kini penyakit blas juga menyerang tanaman padi sawah. Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi jika tidak tepat pengendalianya dapat menurunkan produksi 70% sd 80% bahkan menyebabkan puso pada varietas tertentu sehingga menjadi momok yang menakutkan bagi petani padi.
Junaidi, S.P. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) BPP Linggosari Baganti menjelaskan, penyakit ini lebih populer di sebut dengan “Penyakit Patah Kuduak“, karena serangan pada pangkal malai mengakibatkan tangkai menjadi patah. Epidemologi, Penyakit Blas menginfeksi tanaman pada fase pertumbuhan, Stadia kritis tanaman terjadi mulai umur 1 bulan anakan maksimum, bunting dan awal berbunga. Pembentukan konidia selama 14 hari, puncaknya pada 3 – 8 hari setelah bercak muncul. Pembentukan spora pada kelembaban 89 – 90%.
Spora dapat bertahan pada sisa jerami dan gabah ± 1 tahun dan miselia 3 tahun pada suhu kamar. Pyricularia oryzae menyerap nutrisi tanaman padi untuk memperbanyak diri dan mempertahankan hidup. Bila menyerang pada daun muda, menyebabkan proses pertumbuhan tidak normal, beberapa daun menjadi kering dan mati. Blas pada daun banyak menyebabkan kerusakan antara fase pertumbuhan hingga fase anakan maksimum. Infeksi pada daun setelah fase anakan maksimum biasanya tidak menyebabkan kehilangan hasil yang terlalu besar, namun infeksi pada awal pertumbuhan sering menyebabkan puso terutama varietas yang rentan, lanjutnya
Penggunaan fungisida pada fase vegetatif sangat dianjurkan guna menekan tingkat intensitas serangan blas daun dan juga dapat mengurangi infeksi pada tangkai malai (blas leher).
Faktor yang mempengaruhi berkembangnya penyakit Blas
1. Kondisi Lingkungan. Apabila disuatu areal sudah pernah terjadi serangan blas, besar kemungkinan blas segera menyebar apabila didukung oleh kelembapan dan suhu optimum yaitu antara 24º C - 28º C
2. Jarak Tanam Jarak tanam yang rapat bisa mengakibatkan kelembapan disekitar tanaman akan meningkat, sehingga mempercepat perkembangan jamur
3. Pemupukan. Pemupukan unsur Nitrogen dimusim penghujan yang tinggi juga akan memicu pertumbuhanPyricularia oryzae. Pemupukan nitrogen yang tinggi menyebabkan ketersediaan nutrisi yang ideal dan lemahnya jaringan daun, sehingga spora blas pada awal pertumbuhan dapat menginfeksi optimal dan menyebabkan kerusakan serius pada tanaman padi.
4. Kebersihan Lahan. Kebersihan lahan dari gulma juga sangat mempengaruhi serangan blas, pada lahan yang gulmanya tidak dikendalikan serangan blas lebih tinggi bila dibandingkan dengan lahan yang bebas gulma, karena gulma merupakan salah satu inang tempat berkembangnya jamur Pyricularia ini.
5. Benih yang tidak sehat. Budidaya padi dengan menggunakan benih yang kurang sehat, apalagi menggunakan benih yang sebelumnya pernah terserang blas, bisa menyebabkan berkembangnya serangan blas apabila benih tersebut ditanam kembali, karena jamur ini bisa bertahan beberapa tahun didalam benih padi.
Gejala.
Pada daun timbul bercak oval atau elips, kedua ujung – ujungnya meruncing mirip belah ketupat. Gejala dapat pula muncul pada buku, malai dan gabah. Sedangkan pada Leher malai yang terinfeksi Pyricularia oryzae berubah menjadi kehitam - hitaman dan patah, mirip gejala beluk yang yang disebabkan oleh penggerek batang. Apabila blas leher terjadi, hanya sedikit malai yang berisi jika dalam keaadan yang parah bahkan buah dapat menjadi hampa.
Pengendalian :
a. Penanaman varietas tahan.
b. Pembenaman jerami sakit sebagai kompos,
c. Pemakaian pupuk nitrogen secara optimal. Untuk daerah serangan endemis paling tinggi 90 Kg N/Ha.
d. Penggunaan benih sehat/bermutu, perlakuan benih dengan fungisida (seed treatment) pada daerah endemis,
e. Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan padi (tanaman yang tidak menjadi inang).
Pengendalian secara kimiawi dengan dengan menggunakan fungisida yang berbahan aktif metil tiofanat atau fosdifen dan kasugamisin.
Penyemprotan dengan fungisida, misalnya Isoprotiolan (Fujiwan 400 EC), Trisiklazole (Dennis 75 WP, Blas 200 SC, Filia 252 SE), Kasugamycin (Kasumiron 25 WP), Thiophanate methyl (Tyopsin 70 WP) atau Envoy 80 WP.
Penyemprotan fungisida sistemik sebaiknya dilakukan 2 kali pada saat stadia tanaman anakan maksimum dan awal berbunga untuk mencegah penyakit blas daun dan blas leher terutama di daerah endemik.
Demikian sekilas tentang penyebab PENYAKIT BLAS pada tanaman padi dan pengendalian serta pencegahannya. Semoga bermanfaat, tutup Junaidi. (Korespondensi Junaidi, edited by Pertanian Wisata Channel)
STATISTIK PENGUJUNG
0 Pengunjung Hari ini | 0 Pengunjung Kemarin | 39,601 Semua Pengunjung | 72,133 Total Kunjungan | 216.73.216.180, IP Address Anda